Tuesday, July 12, 2011

Kegagalan dan Keikhlasan

Sedikit sharing tentang kegagalan. Sebenernya ini adalah suatu hal yang juga lagi gw cari gimana cara ngatasinnya. Semua orang pasti pernah mengalami kegagalan, baik itu kecil maupun besar, baik itu ga penting-penting amat maupun yang penting banget sekalipun. Ga ada orang yang ga pernah gagal. Bullshit itu. Kecuali, tidak pernah merasa gagal ketika mengalami kegagalan.
Kalo ngomongin profil diri gw, ya bisa ngomong. Gw berasal dari keluarga sederhana yang berkecukupan, berpendidikan, bahagia (walaupun tidak luput dari masalah), lengkap, dan selalu mensyukuri atas segala rizki-Nya. Klo ngomongin pribadi, sebenernya gw cenderung terbuka untuk beberapa hal terutama hal-hal positif dalam diri gw, tapi juga cenderung tertutup untuk hal-hal yang negatif. Salah satunya adalah kegagalan.
Gw sering menampilkan diri gw yang lain ketika gw mengalami kegagalan. Padahal, lain di hati. Gw sebenernya sering berkata "tidak apa-apa" di mulut, padahal di hati bilang "apa-apa". Bisa dibilang gw adalah orang yang selalu mendapatkan apa yang gw inginkan. Terkadang, tidak terlalu diinginkan pun gw dapatkan juga walaupun waktunya agak lama dari saat gw menginginkan itu. Dan gw cenderung mendapatkan hal yang gw mau dengan cara yang cukup mudah, walaupun ada saat di mana harus bersusah payah (walaupun ga susah-susah amat).
Bisa dibilang, perjalanan hidup gw lancar-lancar aja (alhamdulillah). Tidak perlu melakukan sesuatu yang lebih untuk mendapatkan apa yang gw inginkan. Berbeda dengan kakak gw yang ambisius, yang selalu berupaya keras, dan mendapatkan hasil yang terkadang tidak sesuai dengan harapan.
Klo ngomongin tentang perjalanan hidup. Ya adem ayem aja. TK tinggal masuk, SD tinggal nunjuk, SMP ya dibantuin dikit, SMA juga masuk-masuk aja, kuliah pake merem juga masuk. Waktu kuliah pun tidak mengalami hambatan yang cukup berarti (tsaahh), IP adem ayem, nilai juga bagus-bagus, lumayan lah.
Dalam hati, gw selalu berpikiran, "Gw anak semabel, SMP unggulan. Gw anak lapan, SMA unggulan. Gw harus bisa membuktikan bahwa emang gw ber-otak. Walaupun kelakuan gw mines - baca : minus - gw tetep harus punya kelebihan, yaitu otak gw. Walaupun gw perempuan, ga bisa orang remehin gw."
Semua jalan di hidup gw terlihat lancar-lancar aja. Namun, batu kerikil dateng tuh. Mulai di semester terakhir, terutama pas gw ngerjain skripsi. Bisa dibilang skripsi gw paling ancur daripada skripsi temen-temen gw yang lulus bareng gw. Cetek banget bisa dibilang. Dalam pengerjaan pun, entah ya, menurut gw, perjalanan pengumpulan data gw ya banyak banget kesulitannya. Emang sih salah gw ngambil tema yang susah. Bahkan gw dimarahin sama ibu gw, kenapa ngambil tema yang susah-susah. Begitu. Stres ga lo!!
Di saat temen-temen gw udah mulai ngolah data, gw aja belom punya data sama sekali. Belom dapet informan, belom dapet orang yang bisa bantuin gw. Susah sih. Tapi gw tetep berjuang sampe titik darah penghabisan. Dan itu adalah 3 minggu sebelom deadline. Mau kapan gw ngolah datanya, mau kapan gw analisisnya. Dari 3 minggu waktu yang tersisa, efektif gw ngerjain skripsi gw 2 minggu terakhir. Alhamdulillah gw bisa dapet datanya.
Tentunya, dengan segala usaha dan tangisan yang udah dilakuin, mengharapkan sesuatu dong. Harapan lebih atau ekspektasi yang tinggi. Dengan harapan nilai gw adalah A (bulet). Apa yang gw tulis, tentunya gw tau. Tentang konsep, jangan main-main, bung. Pasti memahami betul. Pede dong gw.
Tapi, kendala yang dateng, penguji yang awalnya ditunjukkan buat nguji gw, tidak bersedia karena merasa bukan bidang keahlian beliau. Hingga pada saat saat-saat terakhir sidang yang lain udah mau kelar, gw nanya lagi, dan gw sendiri yang harus nyari dan menghubungi pengujinya. Dapat lah beliau itu. Langsung aja ya, sob.. Intinya pas sidang gw dibombardir!! Dan mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dan jauh dari ekspektasi gw, yaitu B-. Sangat jauh bukan.
Tentu yang dirasa adalah sangat kecewa. Apalagi ketika masuk dan menghadiri sidang seorang teman, yang dirasa adalah ketidakadilan dan didzolimi. Merasa standar yang berbeda dari hal yang dihadapi. Sempat terbersit untuk menolak hasil sidang, menunda kelulusan, dan memperbaiki skripsi yang sudah selesai itu. Tapi, hal itu tidak jadi dilakukan. Entah kenapa. Mungkin sibuk dengan euforia lulus, revisi, dan wisuda.
Tidak ada yang tahu bagaimana saya menghadapi hal tersebut, baik caranya, waktunya, berapa lama, dengan siapa, dengan apa. Saya mencoba menanganinya sendiri, mempersalahkan diri sendiri, dan menyiksa diri sendiri (itu adalah hal terburuk yang sering saya lakukan). Ketika ditanya orang tua mengapa nilainya dapat segitu, mau jawa apa lagi, ya begitulah kenyataannya. Yang ada ya mempersalahkan diri sendiri. Ketika ditanya kakak kenapa itu bisa terjadi, ya terjadi maka terjadilah. Mungkin juga tidak ada yang tahu saya pernah menangis, bukan pernah, tapi beberapa hari menangis sendiri, menangisi kegagalan.
Pembelaan pun tidak ada gunanya. Mempersalahkan diri sendiri adalah jalan keluarnya. Saya sendiri juga lupa bagaimana saya mengatasinya. Intinya kesibukan dan euforia membuat lupa akan berbagai hal. Entah apakah sebenarnya saya sudah benar-benar ikhlas apa belum.
Satu semester sudah berlalu, saya bekerja di Departemen Kriminologi. Tempat saya belajar. Ada sidang-sidang skripsi lagi. Hanya beberapa sidang yang saya hadiri kali ini. Seinget gw cuma dua, dan itu sebut saya BEN dan FS. Tentunya kemampuan mereka jauh daripada saya. Dengan penguji se-kaliber apa pun tentunya mereka berani dan bisa menghadapi mereka. Kekecewaan yang lalu tidak timbul.
Satu semester kembali berlalu. Ada sidang skripsi lagi dong. Beberapa teman tentunya, yang mau lulus semester ini. Di semester ini, pada panen A (bulet) sama A-. Hampir semua yang sidang, gw masukin sidangnya. Entah membantu meyiapkan kue-kue untuk penguji maupun mencatat pertanyaan dewan penguji.
Perasaan pertama yang terbersit adalah membandingkan. Terutama, membandingkan dengan diri sendiri. Gw ngerasa ga adil loh. Gw ngerasa iri loh. Mungkin ga ada yang tau. Diam-diam, menyelamati mereka, gw ngerasa iri. Gw pengen nangis juga. Bukan ga seneng karena temen gw pada lulus, tapi membandingkan dengan keadaan waktu gw sidang, siapa pengujinya, seperti apa mental pengujinya, seperti apa ekspektasi pengujinya. Ngerasa ga adil aja. Dapet A gampang banget, sedangkan mungkin gw dapet B- juga karena pake belas kasihan. Entah P'Diddy ngomong apa di dalem.
Kegagalan atas skripsi gw ternyata masih membekas di hati gw. Perasaan baru kemaren gw sidang, temen-temen gw udah ada yang sidang lagi. Perasaan gw baru dapet tamparan di muka, sekarang kena tamparan lagi. Mungkin juga ga ada yang tau, gw sempet nangis karena ngeliat temen-temen gw yang dapet nilai bagus-bagus sedangkan gw terjun payung.
Ya mungkin sekarang ga terlalu berasa lagi karena masa sidang udah lewat. Gw juga ada pengalihan pikiran lainnya. Gw juga ada yang lagi dikerjain. Tapi, saat itu, gw cukup terbebani.

--------------------------------------------------------------------------

Hikmah dari cerita ini. Susah menjadi orang yang tidak pernah atau mungkin jarang gagal. Semua selalu sempurna, semua selalu didapatkan. Ibaratnya yang jalan hidupnya mulus-mulus aja. Menjadi orang yang perfeksionis juga menyulitkam (terkadang). Karena pas terjadi suatu ketidaksempurnaan, perasaan ngeganjel, perasaan kesel, perasaan gemes pasti muncul (terus-terusan).
Bisa dibilang, mungkin saat ini gw belom bisa ikhlas, masih mengikhlaskan diri, mencoba ikhlas dan tetap mencari jalan supaya bisa ikhlas. Gw masih ada dalam tahap pemulihan diri, belum berdamai dengan diri sendiri. Proses "seandainya" masih terbayang di kepala gw. Tidak mudah semuanya. Cukup membuat tekanan mental, beban di hati. Ibarat kata Dhira, "Insyaallah, We'll find a way."


"Ikhlas itu gampang di bibir, tapi jangan tanyakan bagaimana prakteknya."

2 comments:

Yudha Andriyanto said...

gw aja belum ikhlas tik sampe detik ini. ampe2 gw ubah haluan cita-cita gara2 nilai skripsi.

tapi gw gak nyesel juga, gw bersyukur. karna gw ngerjain skripsi cuma mines 2 minggu dari deadlines. sedangkan yang dapet A, mereka ngerjainnya hampir setahun lebih. hahaah (menghibur diri)

Rininta Kartika said...

Gw baru baca comment elo.. Tnyata sudah agak lama juga ya.. Udah lama ga baca blog n ngepost blog..
Itu lah yang harus kita hadapi sampe akhir hidup kita. Face the reality of being failed. Ky kutukan seumur hidup sih. Tapi klo ga kita lewati, ya kita ga belajar.. ehehehe..
Semangat, dha..!!